Selasa, 12 Maret 2024

NILAI ASKETISME DALAM PUASA

Oleh: Eko Setyowardani, S.Ag., M.Pd.

Nilai asketisme adalah paham kehidupan yang menganggap hal-hal yang bersifat pengorbanan dianggap sebagai sesuatu yang baik.  Puasa memiliki nilai asketis yang mendalam. Beberapa contoh perilaku asketis ini bukan hanya pada manusia tapi juga pada binatang.  Ulat untuk menjadi cantik setelah ia melakukan metamorfosa dengan menjadi kepompong, tidak makan tidak minum dan berdiam diri. Ular untuk mengubah kulitnya, ia harus berpuasa sampai waktu yang ditentukan. Seandainya ular tidak mau melakukan sunnatullah

(hukum alam) yang ditentukan maka perubahan kulitnya tidak akan sempurna. Ayam tidak makan dan minum pada saat fase mengeram. Bila ayam dalam masa mengeram makan terus dan tidak berpuasa maka pemanasan tubuhnya tidak akan sempurna, sehingga mengganggu proses pengeraman. Contoh di atas adalah tanda-tanda alam semesta (kauniyah)  tentang hikmah berpuasa pada hewan disekitar kita.

Puasa merupakan ibadah mulia yang sudah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Puasa bagi manusia dilihat dari segi filosofis merupakan bukti kasih sayang Allah pada umatnya. Kalau kita membaca asmaul husna, kita akan melihat bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam nama-nama Allah lebih besar kepentingannya bagi kebaikan manusia itu sendiri. Dengan berpuasa manusia diperintahkan untuk mengenolkan diri. Bukankah dalam ilmu matematika, segala angka yang dipangkatkan dengan nol maka hasilnya adalah satu (tauhid). Maka kita tahu puasa adalah ibadah yang semata-mata milik Allah, karena disini manusia dituntut untuk jujur dan ikhlas. 

Puasa dan harapan Besar

Nabi Muhammad SAW, memberikan harapan besar bagi umatnya yang menjalankan puasa diantaranya adalah adanya kebahagiaan dan pahala. Bahkan lebih dari itu, Nabi juga memperlihatkan kebahagiaan puasa saat di dunia, yaitu saat berbuka puasa. Hal ini dapat kita rasakan sendiri bahagianya orang yang berpuasa dengan ikhlas saat melakukan buka puasa. Dalam sebuah hadis disebutkan “dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa ramadan: bahagia saat berbuka puasa dan bahagia saat bertemu Tuhannnya

Orang-orang yang  berpuasa  tentunya sangat mendambakan janji bertemu  dengan Tuhannya: karena jelas-jelas dinyatakan panggilan berpuasa adalah untuk orang yang beriman. Dalam Alquran garis besarnya dijelaskan, bahwa wajah orang yang beriman diakherat kelak, akan bercahaya, dan wajah orang yang kafir akan gelap seperti tertutup malam. Kemudaian orang kafir itu meminta cahaya pada orang yang beriman. Lalu orang yang beriman itu menjawab: kenapa kamu tidak membuat cahayamu sendiri pada saat di dunia. 

Pada saat manusia sedang menjalankan perintah Allah terutama shalat dan puasa maka energi tubuhnya sejajar dengan energi malaikat, dan malaikat itu terbuat dari cahaya. Puasa merupakan habluminallah, dimana setiap individu memiliki konsekuensi berhubungan langsung dengan Allah. Artinya mau puasa atau tidak seorang muslim hanya Allahlah yang tahu. Kewajiban puasa terdapat makna yang dalam diantaranya adalah dilihat dari aspek sosial dan psikologis. Dari aspek sosial adalah agar manusia dapat merasakan penderitaan orang-orang miskin dan kelaparan sehingga jiwa sosialnya terpanggil untuk perkara-perkara kemanusiaan, yang diharapkan derajat ketaqwaan bukan hanya bersifat individu tapi memancar dan memberi manfaat bagi manusia lain. 

Dari segi psikologis: banyak perintah berpuasa  dalam hadits misalnya anjuran berpuasa bagi orang yang belum menikah, anjuran puasa sunah, 3 hari pada akhir bulan qomariyah, tanggal 13, 14,15,. Kalau kita teliti ini akan memberi makna yang dalam sekali, diantaranya adalah pengendalian diri, orang yang belum menikah dapat dikatakan sebagai orang yang belum terbentengi, puasa akan melatih orang untuk pengendalian diri, dan pengendalian hawa nafsu. Demikian pula dalam sebuah literatur disebutkan bahwa pada saat akhir bulan (menjelang bulan purnama) dalam sebuah penelitian dijelaskan, bahwa saat itu keinginan manusia untuk bunuh diri sangat kuat terutama bila terlilit masalah, dan syahwat manusia menjadi naik. Dan nabi Muhammad memberikan solusi dengan puasa sunah 3 hari  pada akhir bulan komariah. Gravitasi bulan berpengaruh pada naiknya air laut, 70% tubuh manusia adalah air jadi sangat relevan jika peristiwa gravitasi bulan juga mempengaruhi psikologis manusia. 

Rukun Islam merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan, syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji, memiliki tanggung jawab moral yang menuntut kita untuk menjadi muslim yang berhasil dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Dari sini kita dapat belajar adanya korelasi antara keimanan dan kesuksesan: orang yang beriman akan melakukan hal-hal prioritas dan bermanfaat bagi hidupnya, dan akan meninggalkan perkara-perkara sia-sia. Pada bulan ramadan kali ini kita umat muslim dituntut untuk menyerasikan antara doa-doa yang kita panjatkan dengan perbuatan yang kita lakukan. Sehingga harapan mewujudkan insan yang taqwa  yang menjadi realitas ideal pada akhirnya maujud menjadi realitas nyata.  berpuasa dalam kontek menahan, akan memberi perbedaan antara manusia dan binatang, contoh hiu pada saat lapar ia akan menjadi ganas. Tapi manusia pada saat puasa diharapkan menjadi sabar dan kendali dirinya menjadi lebih baik. Berpuasa bukan hal yang mudah, manusia perlu pembiasaan untuk melakukan ini, diantaranya adalah pengenalan sejak dini. 

Momentum ramadan umat islam akan semakin banyak meningkatkan ibadah diantaranya adalah dengan membaca dan mengkaji Al-quran. Dari sini Alquran akan memperlihatkan problema-problema fundamental sekaligus akan memberikan jawaban. Problematika yang paling fundamental sepanjang zaman menurut Al-quran adalah pengingkaran manusia kepada Allah. Pengingkaran ini berdampak pengingkaran manusia pada nilai kemanusiaannya sendiri. Contohnya menghalalkan segala cara, hilangnya nilai kasih sayang, sifat curiga yang berlebihan. Rusaknya sendi-sendi agama  berbanding lurus dengan rusaknya kehidupan sosial. Dalam posisi ini masyarakat mengalami kondisi hampa nilai (anomie). 

Kesimpulan 

Penulis membagi kebahagiaan puasa ini menjadi beberapa bagian yaitu 1.) Kebahagiaan personal, orang yang berpuasa akan menikmati indahnya berbuka, menikmati saat merasa lebih dekat dengan Allah Swt. 2.) Kebahagiaan Altruistik, puasa akan mengajarkan manusia merasakan dalam kondisi orang lain yang miskin dan lapar sehingga memunculkan pribadi yang lebih peka jiwa sosialnya, dan berbagi dengan orang lain akan lebih memperkaya hati seseorang. Kebahagiaan Ideal sebagai pusat cita-cita manusia adalah janji pertemuan manusia dengan Tuhannya. Kewajiban-kewajiban agama sebagaimana shalat dan puasa adalah gladi bersih sebagai persiapan manusia bertemu dengan Allah, dan persiapan ini memerlukan waktu seumur hidup manusia. Janji pertemuan dengan Allah ini akan menjadikan manusia khusyu dalam ibadahnya dan dapat memetik nilai ikhlas. “bahwa tidaklah Allah menilai wajahmu, hartamu, tetapi Allah melihat hatimu. Semoga kita dapat menjadikan ramadan ini penuh berkah (Wallahul Mustaan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar