Oleh: Luthfi Alaudin Afif, S.Pd.
Perintah Allah untuk berkurban sudah kita laksanakan.
Lalu sekarang apa?
Upacara memperingati hari kemerdekaan Negara Republik
Indonesia beserta seluruh kegiatan yang diadakan dalam rangka menyemarakkannya
sudah kita ikuti. Lalu sekarang apa?
Seringkali kita tidak memahami
esensi dalam suatu momen sehingga momen yang kita lalui hanyalah sebagai ritual
yang bersifat rutinitas belaka. Tetapi mari coba kaji lebih dalam, dan perinci setiap
makna dibalik momen yang ada.
1.
Menyembelih hewan Qurban di
Hari Raya Idul Adha
Penyembelihan hewan Qurban bukan
semata ritual penyembelihan hewan untuk berpesta daging di bulan dzulhijjah,
tetapi lebih dari itu. Makna menyembelih hewan Qurban sebenarnya adalah sebuah momen
yang sebenarnya bersamanya disembelihlah pula sifat kehewanan dalam diri manusia.
Sifat-sifat kehewanan yang sering ditemui dalam diri manusia (seperti serakah,
nafsu birahi, dll) diharapkan ikut keluar dari dalam diri manusia, sebagaimana keluarnya
darah hewan Qurban yang mengalir dari hewan yang disembelih. Kurang lebih
sepekan pasca penyembelihan, masihkah sifat kehewanan itu ada dalam diri kita?
2.
Menghadiri upacara
kemerdekaan
Kemerdekaan yang didapatkan oleh
Indonesia bukanlah hadiah dari para penjajah. Tetapi, kemerdekaan adalah
anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa atas perjuangan dari para pahlawan yang telah
berjuang untuk menghapuskan penjajahan dari bumi nusantara. Kemerdekaan yang
tidak didapatkan secara cuma-cuma, tetapi dibalik itu terdapat keringat yang
mengucur deras serta darah yang keluar dari setiap pahlawan yang berjuang. Perjuangan
itu bukanlah agar mereka mendapatkan harta maupun tahta apalagi wanita. Tetapi tentunya
adalah untuk anak cucunya yang nantinya diharapkan bisa mengelola negara ini
dengan baik. Lalu, sudah pantaskah kita untuk meneruskan perjuangan para
pahlawan bangsa untuk mengharumkan negara ini? Rasanya jauh dari pantas. Mengapa?
Jangankan untuk ikut berperang, ikut upacara dalam rangka mengenang momen
proklamasi saja kita sering mengeluh karena panas matahari. Mungkin juga dalam
pelaksanaannya kita bukannya melaksanakannya dengan khidmat tapi malah ngobrol
sendiri dengan kawan di sekitar barisannya, atau malah sibuk dengan gadgetnya. Jika
para pahlawan melihatnya, bagaimana reaksinya?
Gambar tersebut adalah gambar yang melegenda di tahun ini. Maka dari itu, marilah kita introspeksi diri kita. Sudahkah pantaskah kita untuk malu? Sudahkah kita memahami
apa maksud dari setiap momen yang ada? Apakah hanya sekedar ritual rutin setiap
tahunnya yang tidak ada maknanya?
Jika ada maknanya, sudahkah kita memahami dan mengamalkan secara tulus?
Semoga Allah mengampuni dosa kita semua.
Aamiin Allahumma Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar